Microsoft TechFest 2010

Banyak teknologi unik dan “gila” tampil di Microsoft TechFest 2010. Meski masih butuh pengembangan, deretan teknologi menjanjikan kehidupan digital dan sosial yang lebih baik.

Setiap tahun, tim peneliti Microsoft dari seluruh dunia berkumpul di Redmond, Washington (kantor pusat Microsoft) dalam acara bertajuk TechFest. Pada acara tersebut, mereka berbagi dan mendemonstrasikan hasil penelitian yang sedang mereka lakukan selama ini. Meski sebagian besar masih berupa purwa rupa (prototype) dan masih butuh pengembangan entah sampai kapan, ide segar dan inovatif yang terkandung di dalam penelitian tersebut layak diacungi jempol. Penelitian tersebut tidak cuma menjanjikan kehidupan digital yang lebih baik, namun juga kehidupan sosial yang lebih indah. Contohnya adalah Translating Phone yang membuat dua orang berbeda bahasa tetap bisa berkomunikasi dengan mudah. The world without stranger, isn’t it?
Berikut adalah sekelumit teknologi yang tampil di Microsoft TechFest 2010. Jika ingin mendalami tiap teknologi lebih dalam, Anda bisa melihat video demonya yang kami sertakan di DVD InfoKomputer.

-          Mobile Surface
Anda pasti sudah pernah mendengar Microsoft Surface, sebuah meja digital yang dapat mengambil dan menyimpan informasi dari semua obyek yang ditaruh di atasnya. Nah, pada teknologi Mobile Surface ini, keistimewaan Surface tersebut dibawa ke perangkat mobile. Dengan mengkombinasikan ponsel dan proyektor mini, teknologi ini menciptakan permukaan virtual yang interaktif. Pengembang Mobile Surface, Chunhui Zhang, sempat menunjukkan bagaimana ia bisa bermain drum virtual memanfaatkan permukaan Mobile Surface tersebut. Hebatnya, teknologi ini juga bisa mendeteksi jarak tangan ke permukaan virtual, sehingga (secara teori) kita bisa memindai obyek tiga dimensi seperti cangkir.

-          The Translating Phone
Perbedaan bahasa adalah hambatan terbesar komunikasi warga dunia. Tantangan itulah yang coba diatasi Kit Thambiratnam dan Frank Seide dengan menciptakan teknologi Translating Phone. Melalui teknologi ini, semua kata yang kita ucapkan di telepon, langsung diterjemahkan menjadi suara dalam bahasa yang bisa dimengerti lawan bicara. Dalam demo, ditunjukkan bagaimana Frank yang cuma bisa berbicara dalam bahasa Jerman dapat melakukan pembicaraan dengan Kit yang berbahasa Inggris.
Karena berbasis teknologi speech recognition dan text-to-speech recognition, tantangan terbesar Translating Phone adalah soal akurasi. Hal itu coba diatasi dengan membuat sistem yang mampu mempelajari logat dan gaya bicara pengguna sehingga tingkat akurasi semakin meningkat dari hari ke hari. Namun Kit dan Frank mengakui akurasi masih menjadi masalah terbesar untuk bisa menerapkan Translating Phone dalam kehidupan sehari-hari.

-          Skinput
Setiap bagian dari tangan ternyata memberikan bunyi yang berbeda ketika ditekan. Hal inilah mendasari pengembangan teknologi Skinput yang bertujuan membuat tangan menjadi sarana input. Implementasinya beragam. Contohnya kita bisa membuat tiap jari diasosiasikan dengan pengendali multimedia (seperti Play, Stop, atau Pause),  sehingga kita tinggal menyentuh ibu jari untuk mengakses Play. Skinput juga bisa dipadukan dengan proyektor yang akan memancarkan menu ke pergelangan atau telapak tangan seperti bisa Anda lihat pada gambar di atas. Tantangan terbesar Skinput adalah teknologi ini membutuhkan sensor berbentuk armband yang diikatkan ke lengan atas, dan sampai saat ini armband tersebut ukurannya masih tergolong besar.

-          Muscle-Computer Interfaces (muCIs)
Penelitian ini mirip dengan Skinput, cuma berbeda dalam input. Jika Skinput mengandalkan bunyi dari tangan yang ditekan, muCIs mendeteksi gerakan otot sebagai media input. Seperti ditunjukkan salah satu tim peneliti, Desney Tan, teknologi ini memungkinkan kita bermain Guitar Hero (game seolah-olah kita seorang gitaris) hanya dengan mengandalkan sentuhan jari.


-          OneAlbum
Selama ini prosesnya berjalan seperti ini: pada acara reuni atau kumpul-kumpul keluarga, semua orang mengabadikan momen bahagia tersebut dengan perangkat fotografinya masing-masing. Setelah itu, masing-masing orang upload ke Facebook lalu melakukan tagging. Nah, bagaimana jika kita tidak perlu lagi membubuhkan tag? Hal itulah yang ditawarkan OneAlbum. Aplikasi ini bekerja dengan cara melakukan identifikasi terhadap wajah Anda. Berbekal data tersebut, OneAlbum akan mencari foto Anda di koleksi foto milik teman-teman Anda (baik melalui situs pertemanan atau shared album). Bahkan berbekal informasi tambahan, OneAlbum bisa mendeteksi foto yang diambil pada acara yang sama. Ketika dicoba, OneAlbum diklaim memiliki akurasi sampai 90% pada album yang melibatkan ribuan foto.

-          Gustav Project
Jika proyek ini berhasil, Anda sepertinya akan kesulitan melihat pelukis menggoreskan kuas di kanvas. Pasalnya Gustav Project memungkinkan semua pelukis menghasilkan goresan, paduan warna, bahkan tekstur khas kanvas melalui media komputer. Tidak percaya? Lihat saja gambar di atas yang dibuat melalui Gustav Project.
Meniru prosesi lukis “betulan” ke alam digital sebenarnya adalah proses yang sulit. Untuk menciptakan efek goresan kuas membutuhkan perhitungan gerak tiap bulu kuas, kuantitas tinta di kuas, sampai benturan terhadap permukaan kanvas yang kasar. Untungnya seiring perkembangan prosesor dan kartu grafis yang kian cepat, seluruh perhitungan tersebut dapat dilakukan oleh komputer rumahan masa kini. Hasilnya seperti yang ditunjukkan Gustav Project: gambar seindah lukisan yang dibuat menggunakan komputer.

-          Multi-Image Fusio
Menggunakan fasilitas video-recorder di ponsel, kita dengan mudah bisa merekam berbagai kejadian penting di hidup kita. Namun berhubung resolusinya terbatas, kualitas video itu pun terlihat biasa saja. Nah, bagaimana jika ada sebuah software yang bisa menyulap video ala kadarnya tersebut menjadi foto berkualitas bagus?
Tujuan itulah yang coba dicapai tim peneliti Multi-Image Fusion. Dalam demo teknologi ini, Michael Cohen selaku pimpinan peneliti menunjukkan bagaimana sebuah video sebuah gunung yang out of focus dan goyang bisa disulap menjadi foto yang tajam. Multi-Image Fusion juga bisa digunakan untuk membuat foto panorama dari sebuah video. Menurut Cohen, Inti teknologi ini adalah menganalisa tiap frame yang terekam dalam video tersebut, lalu menyatukan tiap pixel menjadi sebuah gambar berkualitas bagus.

-          Cloud Computing Interaction
Apakah pengembang teknologi ini penggila film? Sepertinya begitu. Pasalnya, Cloud Computing Interaction mirip seperti imajinasi film-film sci-fi dimana kita bisa masuk ke ruang virtual  dan berinteraksi dengan data di dalamnya. Berbekal mouse khusus (disebut Cloud Mouse), kita menggeser-geser arah pandang, masuk lebih dalam ke sebuah obyek, sehingga seolah-olah menjelajah seluruh data di ruang virtual tersebut. Hebatnya lagi, mouse tersebut dapat memberikan efek getar untuk menggiring kita mendapatkan data yang kita perlukan. Canggih ya?

No comments: