Empat Mitos Zionisme

Bukanlah kebetulan ketika seorang berusaha menyelidiki sifat dasar Zionisme, asal-usul, sejarah dan dinamikanya, mereka bertemu dengan orang-orang yang menteror dan mengancamnya. Baru-baru ini, setelah menyebut pertemuan tentang keadaan bangsa Palestina dalam eaktu wawancara dengan KPFK, stasiun radio Los Angeles, para penyelengara pertemuan umum tersebut dibanjiri ancaman baru dari para penelepon gelap.

Juga tidaklah kalah mudah diamerika serikat atau eropa barat untuk menyebarkan informasi tentang sifat dasar zionisme atau menganalisis peristiwa-peristiwa khusus yang menyatakan Zionisme sebagai gerakan Politik. Bahkan pengumuman-pengumuman dikampus-kampus universitas tentang forum atau pertemuan yang diberi wewenang untuk membahas persoalan tersebut secara pasti akan menyulut kampanye yang akan dirancang untuk menggagalkan diskusi oleh gerombolan pemuda Zionis yagn berupaya mengacaukan. Meja kuliah dirusak dan selebaran serta artikel muncul menuduh pembicara tersebut adalah anti semitisme atau, jika pembicaranya berdarah yahudi, dituduh orang yang membenci dirinya sendiri.

Cacian dan fitnah selalu ditudah kepada orang-orang yang anti zionis karenanya adanya ketimpangan antara fiksi resmi tentang Zionisme dan negara Israel, disatu sisi, dan praktek biadap dari ideologi kolonial iniu serta alat-alat penindas, kesempatan untuk mendengarkan atau membaca tentang penyiksaan selama hampir se-abad yang diderita oleh orang-orang palestina, oleh karena sebab itu para pembela Zionisme tanpa kenal lelah berusaha mencegah penyelidikan yang teliti dan tidak memihak tentang catatn yang mengerikan dan chauvinistik gerakan Zionisme serta negara yang mewujudkan nilai-nilainya.

Ironi dari persoalan ini adalah ketika kita mengkaji apa yang telah ditulis dan dikatakan oleh orang-orang Zionis, khususnya yang ditujuakn pada diri mereka sendiri, tidak ada keraguan terhadap apa yang telah mereka perbuat atau tentang tempat mereka dalam spektrum politis, mulai dari seperempat akhir abad XIX sampai sekarang.

Empat mitos dasar telah membentuk kesadaran semua orang dalam masyarakat kita tentang Zionisme.

Pertama adalah tentang 'sebuah negeri tanpa bangsa, untuk bangsa tanpa negeri'. Mitos ini scara licik telah digunakan oleh orang-orang zaman Zionis awal untuk menyebarkan fiksi bahwa Palestina merupaka sebuah tempat kosong, terpencil, tandus dan jauh dari keadaan, yang siap untuk ditempati. Klaim inidengan cepat diikuti oleh penolakan adanya identitas, kebangsaan atau kepemilikan absah bangsa Palestina pada negeri yang didalamnya bangsa palestina telah tinggal sepanjang sejarah.

Kedua adalah mitos tentang demokrasi Israel. Cerita-cerita surat kabar dan referensi televisi yang tak terhitung jumlahnya tentang negara israel diikuti oleh penegasan bahwa Israel merupakan satu-satunya demokrasi sejati ditimur tengah. Dalama kenyataannya, Israel tidak lebih baik dari negara aparteid Afrika Selatan. Kebebasan sipil, yang merupakan proses wajib dan hak-hak asasi, secara hukum menolak mereka yang tidak memenuhi kriteria rasial dan keagamaan.

Mitos ketiga adalah bahwa 'keamanan' sebagai kekuatan penggerak kebijaksanaan luar negeri Israel. orang-orang Zionis mempertahankan bahwa negaranya harus menjadi kekuatan militer terbesar keempat didunia. Sebab Israel dipaksa untuk mempertahankan dirinya melawan melawan ancaman besar dari massa arab primitif dan dipenuhi kebencian yang baru-baru akhir ini turun dari pohon.

Mitos keempat, Zionis sebagai pewaris moral dari korban Holocaust, mitos ini sekaligus merupakan paling terbesar dan mendalam dari mitos-mitos tentang Zionisme. para ediologi gerakan Zionisme telah membungkus diri dengan kain kafan kolektif dari empat juta orang Yahudi yang menjadi korban pembunuhan massal Nazi. Ironi, pahit dan kejam dari klaim palsu ini ternyata gerakan Zionis sendiri secara aktif bersekongkol dengan Nazisme.

Setiap orang pasti akan terpengaruh jika gerakan Zionis, yang selau membangkitkan kenangan mengerikan tentang Holocaust, secara aktif telah berkonspirasi dengan musuh paling kejam yang pernah ditemui orang-orang Yahudi. Menurut catatan yang ada bukan saja mengungkapkan adanya kepentingan yang sama, tetapi juga adanya kesamaan ideologis yang berakar pada chauvinisme ekstrim yang sama-sama mereka miliki.

dikutip dari : A Hidden History Of Zionism by Ralp Schoenman

No comments: